TIDAK USAH BERISIK?
Tren "Quiet Quitting": Fenomena Viral yang Mengguncang Dunia Kerja
"Quiet quitting," atau "mengundurkan diri secara diam-diam," telah menjadi tren viral yang memicu perdebatan hangat di dunia kerja. Istilah ini merujuk pada praktik karyawan yang hanya melakukan pekerjaan yang tercantum dalam deskripsi jabatan mereka, tanpa melakukan pekerjaan tambahan atau lembur di luar jam kerja. Fenomena ini menarik perhatian karena mencerminkan perubahan sikap dan harapan karyawan terhadap keseimbangan kerja-kehidupan.
Apa itu "Quiet Quitting"?
"Quiet quitting" bukan berarti benar-benar mengundurkan diri dari pekerjaan. Sebaliknya, ini adalah bentuk perlawanan pasif terhadap budaya kerja yang berlebihan dan tuntutan yang tidak seimbang. Karyawan yang melakukan "quiet quitting" fokus pada menyelesaikan tugas-tugas inti mereka sesuai dengan jam kerja yang telah ditentukan, tanpa merasa terbebani untuk melakukan pekerjaan di luar tanggung jawab mereka.
Penyebab "Quiet Quitting" Menjadi Viral:
Beberapa faktor berkontribusi pada viralnya "quiet quitting":
- Kelelahan dan Burnout: Pandemi dan perubahan gaya kerja telah menyebabkan banyak karyawan mengalami kelelahan dan burnout. "Quiet quitting" dianggap sebagai cara untuk melindungi kesehatan mental dan kesejahteraan mereka.
- Ketidakseimbangan Kerja-Kehidupan: Banyak karyawan merasa kesulitan menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan pribadi. "Quiet quitting" dilihat sebagai cara untuk mendapatkan kembali kendali atas waktu dan energi mereka.
- Kurangnya Apresiasi dan Pengakuan: Karyawan yang merasa tidak dihargai atau diakui atas kerja keras mereka cenderung lebih mudah melakukan "quiet quitting."
- Gaji yang Tidak Seimbang: Kenaikan biaya hidup dan stagnasi gaji membuat banyak karyawan merasa tidak adil dan termotivasi untuk hanya melakukan pekerjaan minimal.
Dampak "Quiet Quitting":
Tren ini memicu perdebatan di kalangan pengusaha dan karyawan. Beberapa pengusaha khawatir akan penurunan produktivitas, sementara yang lain melihatnya sebagai peluang untuk mengevaluasi budaya kerja dan meningkatkan kesejahteraan karyawan. Bagi karyawan, "quiet quitting" dapat memberikan rasa kontrol dan keseimbangan, tetapi juga berisiko terhadap peluang promosi dan perkembangan karir.
Kesimpulan:
"Quiet quitting" menunjukkan perubahan paradigma dalam dunia kerja. Tren ini menyoroti pentingnya keseimbangan kerja-kehidupan, apresiasi karyawan, dan budaya kerja yang sehat. Baik pengusaha maupun karyawan perlu memahami tren ini dan mencari solusi yang berkelanjutan untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih produktif dan memuaskan.
Posting Komentar